UN Tiba "DON’T PANIC"
Ujian Nasional (UN) sudah tiba. Tiga hari di minggu depan (22-24/4), siswa SMA/sederajat menjalaninya, disusul untuk jenjang SMP dan SD/sederajat dalam waktu yang tidak lama berselang. Di tengah bayang-bayang penambahan jumlah mata pelajaran (mapel) yang di-UN-kan serta kenaikan standar kelulusan, para siswa diharapkan tidak panik saat mempersiapkan dan menghadapi UN ini.
“Don’t panic, jangan panik menjelang UN. Pede (percaya diri) aja meskipun beban mapel bertambah. Kesampingkan dulu semua masalah, fokus dalam mengerjakan soal. Do your best, tidak usah mikir lulus atau tidak supaya tetap semangat dan pede selama UN,” terang Psikolog Universitas Wisnuwardhana, Ika Herani MSi PSi.
Saran kepada siswa untuk tidak panik ini ditekankan Ika sebab masih banyak siswa yang memforsir diri untuk belajar menjelang UN. Akibatnya, kondisi fisik menjadi terabaikan. Padahal semakin dekat hari ujian, bukanlah hal yang baik jika terus menjejali diri dengan banyaknya materi yang harus dipelajari. Semakin dekat hari H, yang diperlukan adalah kondisi yang tenang dan tanpa tuntutan.
Memang tanpa disadari, siswa yang hendak menjalani UN sejatinya mengemban banyak tuntutan. Meski tidak secara langsung tuntutan ini dibebankan, siswa dituntut lulus oleh sekolah dan orangtua atas nama prestasi dan kebanggaan. Namun yang perlu diingat, kemampuan setiap siswa itu berbeda dan tuntutan yang berlebihan pada siswa secara psikologis malah berdampak buruk.
“Sekolah dan orangtua yang menuntut berlebihan apalagi di luar kemampuan anak, itu ibarat ancaman. Secara emosional ini bisa menimbulkan stres pada anak saat menghadapi UN. Bayangan tuntutan ini bisa muncul sewaktu-waktu saat ujian berlangsung. Ini sangat mengganggu dan membuyarkan konsentrasi,” jelas pakar pendidikan Universitas Negeri Malang, Dra Titik Harsiati MPd.
Lebih lanjut dijelaskan Titik, bahwa belajar, berpikir, dan berkreasi merupakan proses imajinasi. Proses ini tidak akan berjalan lancar dalam suasana yang penuh ancaman, sebab kapasitas syaraf otak untuk berpikir turut mengecil. Sekolah dan orangtua hendaknya menciptakan suasana yang kondusif sehingga secara emosional anak siap menghadapi UN. “Pemahaman dari sekolah dan orangtua itu amat dibutuhkan. Meski nantinya menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan saat mengetahui kemampuan anaknya tidak sebagus yang diharapkan, orangtua dan sekolah harus bisa menerima dan tetap memberikan dukungan,” tegas Titik.
Di banyak sekolah, dukungan pada siswa menjelang UN ini tidak saja berkaitan dengan faktor akademik, seperti program tryout, pemberian materi tambahan serta pendampingan serius bagi siswa yang masih jauh dari standar kelulusan. Dukungan juga diberikan dalam bentuk pembekalan psikologis dan mental melalui pendekatan religius, seperti doa bersama menurut keragaman agama yang ada.
Di SMA Negeri 1 Malang misalnya, siswa yang hendak menjalani UN diajak untuk berdoa bersama para guru serta semua adik kelasnya. Usai berdoa, para siswa dan guru saling pamit dan bermaafan untuk melepas segala beban atau kesalahan yang barangkali terjadi selama proses belajar. Tidak lupa, siswa menghaturkan restu kepada para guru agar diberikan kelancaran selama mengikuti ujian.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa. Mereka mendapat doa dan dukungan penuh dari semua guru dan adik kelasnya untuk menempuh ujian. Setidaknya ini bisa menjadi modal penting secara psikologis bagi anak-anak. Lebih khusus lagi, kegiatan ini sebagai wujud usaha dan doa kami disamping program akademik yang lain,” terang kepala sekolah Drs Muhammad Sulthon MPd.
Kegiatan ‘mempersiapkan mental’ juga ditemui di banyak sekolah lain. Sebut saja di SMA Negeri 7 Malang yang menggelar istighotsah dua kali dalam seminggu, SMK Negeri 3 Batu mengadakan doa bersama, SMAK Yos Sudarso Batu menggelar retret atau kegiatan ibadah sekaligus introspeksi dan pertaubatan, serta sekolah-sekolah lainnya.’ (mas-KP)
http://www.koranpendidikan.com/viewpage.php?page_id=3
Sabtu, 19 April 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
blog yang bagus!
Posting Komentar