Selasa, 27 Mei 2008
Senin, 26 Mei 2008
puisi karya siswa
bintang hatiku
dulu..
ada seorang wanita
dia bagai bintang
yang bersinar di Angkasa..
dia memberiku kekuatan
memberiku harapan
dan kami mengukir janji
tuk selalu bersama
namun ternyata
kini dia telah pergi...
jauh...jauh...taq kembali.
galih
XI IPA 1
dulu..
ada seorang wanita
dia bagai bintang
yang bersinar di Angkasa..
dia memberiku kekuatan
memberiku harapan
dan kami mengukir janji
tuk selalu bersama
namun ternyata
kini dia telah pergi...
jauh...jauh...taq kembali.
galih
XI IPA 1
Selasa, 06 Mei 2008
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA PKAB UNILA
T.P 2007/2008 (info ini sampai Selasa, 6 Mei 2008)
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 NITA AGUSTINA UNILA AGRONOMI S1
2 EMMA KHAIRUNISA UNILA AKUNTANSI S1
3 HENGKI HERMAWAN UNILA AKUNTANSI S1
4 SANDRA NOVA RISKI UNILA AKUNTANSI S1
5 ARINI NUR'AINI UNILA BK S1
6 TRI SUCI ASIH UNILA BK S1
7 RINDA ARYANI PUTRI UNILA BUDIDAYA PERAIRAN S1
8 ROMI ARISTA SAPUTRA UNILA BUDIDAYA PERAIRAN S1
9 TRIANA ARISKALIA UNILA BUDIDAYA PERAIRAN S1
10 RIA ANDESKA UNILA FISIKA S1
11 PIPIT KINASIH UNILA HOLTIKULTURA S1
12 YUDITYA WARDHANA UNILA ILMU ADMINISTRASI NEGARA S1
13 MARIA FRANSISCA UNILA ADMINISTRASI NIAGA S1
14 MUTIARA CHARAS AYU UNILA ADMINISTRASI NIAGA S1
15 SELLY PERMATA SARI UNILA AKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN S1
16 RIKA SARTIKA UNILA ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN S1
17 FAJAR AFRILIANTO SOFIAN UNILA HUKUM S1
18 DWI ESTI PUTRIANA DEVI UNILA HUKUM S1
19 M. SOSGAN LINDRA SAKTI UNILA HUKUM S1
20 RISMA RAUETA UNILA MANAJEMEN S1
21 RR SEKARNINGTYAS UNILA MANAJEMEN S1
22 TOMY ABDURONI UNILA ILMU PEMERINTAHAN S1
23 YOLANDA AGUSTINA UNILA ILMU PEMERINTAHAN S1
24 CITRA ADIGUNA UNILA ILMU TANAH S1
25 BOBBY AFFANDI UNILA MANAJEMEN HUTAN S1
26 SEPTIANI UNILA MATEMATIKA S1
27 ADITYA YULIADI UNILA KEDOKTERAN S1
28 ARYATI FADHILAH UNILA KEDOKTERAN S1
29 MARTIA RAHMAWATI UNILA KEDOKTERAN S1
30 MUTIA AGUSTINA MAHARANI UNILA KEDOKTERAN S1
31 ANGGIA PUTRI KINAN UNILA PENDIDIKAN EKONOMI S1
32 MARYAMAH UNILA PPKN S1
33 ARYANTI AZIZAH UNILA PPKN S1
34 ANGGUN WIDIARINI UNILA PRODUKSI TERNAK S1
35 AMAR RAMADHAN UNILA SOSEK S1
36 RININTA DIAH PRAMIS WARI UNILA SOSEK S1
37 DEVI SAFIRA UNILA SOSIOLOGI S1
38 GUSTINALOVA UNILA SOSIOLOGI S1
39 FAIRUZA SAHNAZ HIDAYAT UNILA TEKNIK ELEKTRO S1
40 KADEK SURYA SUMERTA UNILA TEKNIK SIPIL S1
41 NISA YULIANTY UNILA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN S1
42 DEWI PUTRI SANTAMI UNILA PRODUKSI TERNAK S1
43 SEPTIAN DWI ARYA NUGRAHA UNILA TEKNIK PERTANIAN S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI TELKOM
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 AMAR RAMADHAN TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
2 HAPPY ADI NUGROHO TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
3 NURMA RISKIANA PUTRI TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
4 NURMA RISKIANI PUTRI TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
5 RIKA SARTIKA TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
6 ANGGUN FALIA NINGRUM TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
7 RINDA ARYANI PUTRI TELKOM MANAJEMEN INFORMASI D3
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI UNIVERSITAS INDONESIA
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 SEPTIARA PUTRI UI KES. MASYARAKAT S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI ITB
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 ZUFIRA ITB MIPA S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI IPB
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 ANGGUN WIDIARINI IPB PETERNAKAN S1
2 ANTARI DESUCIANI IPB KONSERVASI SDH & EKOWISATA S1
3 DEWI PUTRI SANTAMI IPB TEKNOLOGI HASIL HUTAN S1
4 INESSYA FERONICA IPB PETERNAKAN S1
5 MIRNA YULIANA IPB ILMU KELUARGA & KONSUMEN S1
6 INTAN ISLAMIA IPB ILMU KELUARGA & KONSUMEN S1
7 KADEK SURYA SUMERTA IPB TEKNIK KELAUTAN S1
8 NISA YULIANTY IPB AGRONOMI S1
9 SEKAR DWI RIZKI IPB TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI UGM
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 M. SOSGAN LINDRA SAKTI UGM PSIKOLOGI S1
2 YUDHI TISNA FERDA UGM TEKNIK ELEKTRO S1
3 RIAN ADITAMA UGM ILMU KOMPUTER S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI STT-PLN
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 KARINA ARSILYA STT-PLN TEKNIK ELEKTRO S1
2 ANINDYA GITA FIROZA STT-PLN TEKNIK ELEKTRO S1
3 PRASETYO NUGROHO STT-PLN TEKNIK ELEKTRO S1
4 RINDA ARYANI PUTRI STT-PLN TEKNIK INFORMATIKA S1
5 MARTIA RAHMAWATI STT-PLN TEKNIK INFORMATIKA S1
6 SEPTIARA PUTRI STT-PLN TEKNIK SIPIL S1
7 FEBRIANSYAH SAPUTRA STT-PLN TEKNIK INFORMATIKA S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI POLITEKNIK POS
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 CHINTYA SYAHRANI PUTRI POLITEKNIK POS INFORMATIKA D3
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI BAKRIE SCHOOL OF MANAGEMENT
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 NIKKI PUJARWATI BSM MANAJEMEN S1
2 BSM MANAJEMEN S1
3 BSM MANAJEMEN S1
DITERIMA PKAB UNILA
T.P 2007/2008 (info ini sampai Selasa, 6 Mei 2008)
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 NITA AGUSTINA UNILA AGRONOMI S1
2 EMMA KHAIRUNISA UNILA AKUNTANSI S1
3 HENGKI HERMAWAN UNILA AKUNTANSI S1
4 SANDRA NOVA RISKI UNILA AKUNTANSI S1
5 ARINI NUR'AINI UNILA BK S1
6 TRI SUCI ASIH UNILA BK S1
7 RINDA ARYANI PUTRI UNILA BUDIDAYA PERAIRAN S1
8 ROMI ARISTA SAPUTRA UNILA BUDIDAYA PERAIRAN S1
9 TRIANA ARISKALIA UNILA BUDIDAYA PERAIRAN S1
10 RIA ANDESKA UNILA FISIKA S1
11 PIPIT KINASIH UNILA HOLTIKULTURA S1
12 YUDITYA WARDHANA UNILA ILMU ADMINISTRASI NEGARA S1
13 MARIA FRANSISCA UNILA ADMINISTRASI NIAGA S1
14 MUTIARA CHARAS AYU UNILA ADMINISTRASI NIAGA S1
15 SELLY PERMATA SARI UNILA AKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN S1
16 RIKA SARTIKA UNILA ILMU HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN S1
17 FAJAR AFRILIANTO SOFIAN UNILA HUKUM S1
18 DWI ESTI PUTRIANA DEVI UNILA HUKUM S1
19 M. SOSGAN LINDRA SAKTI UNILA HUKUM S1
20 RISMA RAUETA UNILA MANAJEMEN S1
21 RR SEKARNINGTYAS UNILA MANAJEMEN S1
22 TOMY ABDURONI UNILA ILMU PEMERINTAHAN S1
23 YOLANDA AGUSTINA UNILA ILMU PEMERINTAHAN S1
24 CITRA ADIGUNA UNILA ILMU TANAH S1
25 BOBBY AFFANDI UNILA MANAJEMEN HUTAN S1
26 SEPTIANI UNILA MATEMATIKA S1
27 ADITYA YULIADI UNILA KEDOKTERAN S1
28 ARYATI FADHILAH UNILA KEDOKTERAN S1
29 MARTIA RAHMAWATI UNILA KEDOKTERAN S1
30 MUTIA AGUSTINA MAHARANI UNILA KEDOKTERAN S1
31 ANGGIA PUTRI KINAN UNILA PENDIDIKAN EKONOMI S1
32 MARYAMAH UNILA PPKN S1
33 ARYANTI AZIZAH UNILA PPKN S1
34 ANGGUN WIDIARINI UNILA PRODUKSI TERNAK S1
35 AMAR RAMADHAN UNILA SOSEK S1
36 RININTA DIAH PRAMIS WARI UNILA SOSEK S1
37 DEVI SAFIRA UNILA SOSIOLOGI S1
38 GUSTINALOVA UNILA SOSIOLOGI S1
39 FAIRUZA SAHNAZ HIDAYAT UNILA TEKNIK ELEKTRO S1
40 KADEK SURYA SUMERTA UNILA TEKNIK SIPIL S1
41 NISA YULIANTY UNILA TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN S1
42 DEWI PUTRI SANTAMI UNILA PRODUKSI TERNAK S1
43 SEPTIAN DWI ARYA NUGRAHA UNILA TEKNIK PERTANIAN S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI TELKOM
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 AMAR RAMADHAN TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
2 HAPPY ADI NUGROHO TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
3 NURMA RISKIANA PUTRI TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
4 NURMA RISKIANI PUTRI TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
5 RIKA SARTIKA TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
6 ANGGUN FALIA NINGRUM TELKOM MANAJEMEN BISNIS S1
7 RINDA ARYANI PUTRI TELKOM MANAJEMEN INFORMASI D3
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI UNIVERSITAS INDONESIA
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 SEPTIARA PUTRI UI KES. MASYARAKAT S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI ITB
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 ZUFIRA ITB MIPA S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI IPB
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 ANGGUN WIDIARINI IPB PETERNAKAN S1
2 ANTARI DESUCIANI IPB KONSERVASI SDH & EKOWISATA S1
3 DEWI PUTRI SANTAMI IPB TEKNOLOGI HASIL HUTAN S1
4 INESSYA FERONICA IPB PETERNAKAN S1
5 MIRNA YULIANA IPB ILMU KELUARGA & KONSUMEN S1
6 INTAN ISLAMIA IPB ILMU KELUARGA & KONSUMEN S1
7 KADEK SURYA SUMERTA IPB TEKNIK KELAUTAN S1
8 NISA YULIANTY IPB AGRONOMI S1
9 SEKAR DWI RIZKI IPB TEKNIK SIPIL LINGKUNGAN S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI UGM
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 M. SOSGAN LINDRA SAKTI UGM PSIKOLOGI S1
2 YUDHI TISNA FERDA UGM TEKNIK ELEKTRO S1
3 RIAN ADITAMA UGM ILMU KOMPUTER S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI STT-PLN
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 KARINA ARSILYA STT-PLN TEKNIK ELEKTRO S1
2 ANINDYA GITA FIROZA STT-PLN TEKNIK ELEKTRO S1
3 PRASETYO NUGROHO STT-PLN TEKNIK ELEKTRO S1
4 RINDA ARYANI PUTRI STT-PLN TEKNIK INFORMATIKA S1
5 MARTIA RAHMAWATI STT-PLN TEKNIK INFORMATIKA S1
6 SEPTIARA PUTRI STT-PLN TEKNIK SIPIL S1
7 FEBRIANSYAH SAPUTRA STT-PLN TEKNIK INFORMATIKA S1
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI POLITEKNIK POS
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 CHINTYA SYAHRANI PUTRI POLITEKNIK POS INFORMATIKA D3
DAFTAR SISWA SMAN 3 BANDAR LAMPUNG
DITERIMA DI BAKRIE SCHOOL OF MANAGEMENT
T.P 2007/2008
NO NAMA DITERIMA JURUSAN KET.
1 NIKKI PUJARWATI BSM MANAJEMEN S1
2 BSM MANAJEMEN S1
3 BSM MANAJEMEN S1
Sabtu, 19 April 2008
UN Tiba "DON’T PANIC"
UN Tiba "DON’T PANIC"
Ujian Nasional (UN) sudah tiba. Tiga hari di minggu depan (22-24/4), siswa SMA/sederajat menjalaninya, disusul untuk jenjang SMP dan SD/sederajat dalam waktu yang tidak lama berselang. Di tengah bayang-bayang penambahan jumlah mata pelajaran (mapel) yang di-UN-kan serta kenaikan standar kelulusan, para siswa diharapkan tidak panik saat mempersiapkan dan menghadapi UN ini.
“Don’t panic, jangan panik menjelang UN. Pede (percaya diri) aja meskipun beban mapel bertambah. Kesampingkan dulu semua masalah, fokus dalam mengerjakan soal. Do your best, tidak usah mikir lulus atau tidak supaya tetap semangat dan pede selama UN,” terang Psikolog Universitas Wisnuwardhana, Ika Herani MSi PSi.
Saran kepada siswa untuk tidak panik ini ditekankan Ika sebab masih banyak siswa yang memforsir diri untuk belajar menjelang UN. Akibatnya, kondisi fisik menjadi terabaikan. Padahal semakin dekat hari ujian, bukanlah hal yang baik jika terus menjejali diri dengan banyaknya materi yang harus dipelajari. Semakin dekat hari H, yang diperlukan adalah kondisi yang tenang dan tanpa tuntutan.
Memang tanpa disadari, siswa yang hendak menjalani UN sejatinya mengemban banyak tuntutan. Meski tidak secara langsung tuntutan ini dibebankan, siswa dituntut lulus oleh sekolah dan orangtua atas nama prestasi dan kebanggaan. Namun yang perlu diingat, kemampuan setiap siswa itu berbeda dan tuntutan yang berlebihan pada siswa secara psikologis malah berdampak buruk.
“Sekolah dan orangtua yang menuntut berlebihan apalagi di luar kemampuan anak, itu ibarat ancaman. Secara emosional ini bisa menimbulkan stres pada anak saat menghadapi UN. Bayangan tuntutan ini bisa muncul sewaktu-waktu saat ujian berlangsung. Ini sangat mengganggu dan membuyarkan konsentrasi,” jelas pakar pendidikan Universitas Negeri Malang, Dra Titik Harsiati MPd.
Lebih lanjut dijelaskan Titik, bahwa belajar, berpikir, dan berkreasi merupakan proses imajinasi. Proses ini tidak akan berjalan lancar dalam suasana yang penuh ancaman, sebab kapasitas syaraf otak untuk berpikir turut mengecil. Sekolah dan orangtua hendaknya menciptakan suasana yang kondusif sehingga secara emosional anak siap menghadapi UN. “Pemahaman dari sekolah dan orangtua itu amat dibutuhkan. Meski nantinya menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan saat mengetahui kemampuan anaknya tidak sebagus yang diharapkan, orangtua dan sekolah harus bisa menerima dan tetap memberikan dukungan,” tegas Titik.
Di banyak sekolah, dukungan pada siswa menjelang UN ini tidak saja berkaitan dengan faktor akademik, seperti program tryout, pemberian materi tambahan serta pendampingan serius bagi siswa yang masih jauh dari standar kelulusan. Dukungan juga diberikan dalam bentuk pembekalan psikologis dan mental melalui pendekatan religius, seperti doa bersama menurut keragaman agama yang ada.
Di SMA Negeri 1 Malang misalnya, siswa yang hendak menjalani UN diajak untuk berdoa bersama para guru serta semua adik kelasnya. Usai berdoa, para siswa dan guru saling pamit dan bermaafan untuk melepas segala beban atau kesalahan yang barangkali terjadi selama proses belajar. Tidak lupa, siswa menghaturkan restu kepada para guru agar diberikan kelancaran selama mengikuti ujian.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa. Mereka mendapat doa dan dukungan penuh dari semua guru dan adik kelasnya untuk menempuh ujian. Setidaknya ini bisa menjadi modal penting secara psikologis bagi anak-anak. Lebih khusus lagi, kegiatan ini sebagai wujud usaha dan doa kami disamping program akademik yang lain,” terang kepala sekolah Drs Muhammad Sulthon MPd.
Kegiatan ‘mempersiapkan mental’ juga ditemui di banyak sekolah lain. Sebut saja di SMA Negeri 7 Malang yang menggelar istighotsah dua kali dalam seminggu, SMK Negeri 3 Batu mengadakan doa bersama, SMAK Yos Sudarso Batu menggelar retret atau kegiatan ibadah sekaligus introspeksi dan pertaubatan, serta sekolah-sekolah lainnya.’ (mas-KP)
http://www.koranpendidikan.com/viewpage.php?page_id=3
Ujian Nasional (UN) sudah tiba. Tiga hari di minggu depan (22-24/4), siswa SMA/sederajat menjalaninya, disusul untuk jenjang SMP dan SD/sederajat dalam waktu yang tidak lama berselang. Di tengah bayang-bayang penambahan jumlah mata pelajaran (mapel) yang di-UN-kan serta kenaikan standar kelulusan, para siswa diharapkan tidak panik saat mempersiapkan dan menghadapi UN ini.
“Don’t panic, jangan panik menjelang UN. Pede (percaya diri) aja meskipun beban mapel bertambah. Kesampingkan dulu semua masalah, fokus dalam mengerjakan soal. Do your best, tidak usah mikir lulus atau tidak supaya tetap semangat dan pede selama UN,” terang Psikolog Universitas Wisnuwardhana, Ika Herani MSi PSi.
Saran kepada siswa untuk tidak panik ini ditekankan Ika sebab masih banyak siswa yang memforsir diri untuk belajar menjelang UN. Akibatnya, kondisi fisik menjadi terabaikan. Padahal semakin dekat hari ujian, bukanlah hal yang baik jika terus menjejali diri dengan banyaknya materi yang harus dipelajari. Semakin dekat hari H, yang diperlukan adalah kondisi yang tenang dan tanpa tuntutan.
Memang tanpa disadari, siswa yang hendak menjalani UN sejatinya mengemban banyak tuntutan. Meski tidak secara langsung tuntutan ini dibebankan, siswa dituntut lulus oleh sekolah dan orangtua atas nama prestasi dan kebanggaan. Namun yang perlu diingat, kemampuan setiap siswa itu berbeda dan tuntutan yang berlebihan pada siswa secara psikologis malah berdampak buruk.
“Sekolah dan orangtua yang menuntut berlebihan apalagi di luar kemampuan anak, itu ibarat ancaman. Secara emosional ini bisa menimbulkan stres pada anak saat menghadapi UN. Bayangan tuntutan ini bisa muncul sewaktu-waktu saat ujian berlangsung. Ini sangat mengganggu dan membuyarkan konsentrasi,” jelas pakar pendidikan Universitas Negeri Malang, Dra Titik Harsiati MPd.
Lebih lanjut dijelaskan Titik, bahwa belajar, berpikir, dan berkreasi merupakan proses imajinasi. Proses ini tidak akan berjalan lancar dalam suasana yang penuh ancaman, sebab kapasitas syaraf otak untuk berpikir turut mengecil. Sekolah dan orangtua hendaknya menciptakan suasana yang kondusif sehingga secara emosional anak siap menghadapi UN. “Pemahaman dari sekolah dan orangtua itu amat dibutuhkan. Meski nantinya menghadapi kenyataan yang tidak menyenangkan saat mengetahui kemampuan anaknya tidak sebagus yang diharapkan, orangtua dan sekolah harus bisa menerima dan tetap memberikan dukungan,” tegas Titik.
Di banyak sekolah, dukungan pada siswa menjelang UN ini tidak saja berkaitan dengan faktor akademik, seperti program tryout, pemberian materi tambahan serta pendampingan serius bagi siswa yang masih jauh dari standar kelulusan. Dukungan juga diberikan dalam bentuk pembekalan psikologis dan mental melalui pendekatan religius, seperti doa bersama menurut keragaman agama yang ada.
Di SMA Negeri 1 Malang misalnya, siswa yang hendak menjalani UN diajak untuk berdoa bersama para guru serta semua adik kelasnya. Usai berdoa, para siswa dan guru saling pamit dan bermaafan untuk melepas segala beban atau kesalahan yang barangkali terjadi selama proses belajar. Tidak lupa, siswa menghaturkan restu kepada para guru agar diberikan kelancaran selama mengikuti ujian.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menumbuhkan kepercayaan diri pada siswa. Mereka mendapat doa dan dukungan penuh dari semua guru dan adik kelasnya untuk menempuh ujian. Setidaknya ini bisa menjadi modal penting secara psikologis bagi anak-anak. Lebih khusus lagi, kegiatan ini sebagai wujud usaha dan doa kami disamping program akademik yang lain,” terang kepala sekolah Drs Muhammad Sulthon MPd.
Kegiatan ‘mempersiapkan mental’ juga ditemui di banyak sekolah lain. Sebut saja di SMA Negeri 7 Malang yang menggelar istighotsah dua kali dalam seminggu, SMK Negeri 3 Batu mengadakan doa bersama, SMAK Yos Sudarso Batu menggelar retret atau kegiatan ibadah sekaligus introspeksi dan pertaubatan, serta sekolah-sekolah lainnya.’ (mas-KP)
http://www.koranpendidikan.com/viewpage.php?page_id=3
Rabu, 16 April 2008
Ilustrasi Qur'an tentang Matahari dan Bulan
Read this doc on Scribd: Fisika - Introduction to Nanotechnology
Selasa, 08 April 2008
Penetitian Tindakan Kelas
Read this doc on Scribd: Penelitian Tindakan Kelas (PTK) - SUHARSIMI ARIKUNTO
Kamis, 27 Maret 2008
Nanoteknologi dan Pendidikan Fisika Kita
Read this doc on Scribd: Nanoteknologi dan Pendidikan Fisika Kita
Sabtu, 15 Maret 2008
Rabu, 05 Maret 2008
Tinjauan Singkat Terhadap Profesionalisme Guru Fisika

TINJAUAN SINGKAT TERHADAP PROFESIONALISME GURU FISIKA
Dra. Damriani
SMAN 3 Bandar Lampung
Jl. Khairil Anwar 30 Durian Payung, Tanjung Karang Pusat,
Bandar Lampung , Lampung 35116
Telp. 0721-255600 Fax. 0721-253287
Profesionalisme guru banyak disoroti saat ini, mungkin hal ini terkait dengan adanya sertifikasi guru. Menurut Grandt, guru yang profesional dituntut untuk memiliki lima hal.
1. Guru mempunmyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru hádala lepada kepentingan siswanya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya lepada para siswa. Bagi guru, ini meruapkan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari pengamatan dlam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya. Untuk belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya bagi proses belajar siswa.
5. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya, misalnya, untuk guru fisika dapat bergabung dengan Asosiasi Guru Fisika Indonesia (http://www.agfipusat.com/).
Ciri-ciri di atas menurut Dedi Supriadi sangat sedrhana dan pragmatis sehingga mudah dicapai dan dinilai dengan kriteria yang terukur.
Dalam kiatannya dengan proses globasisasi yang efeknya sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, Winarno Surakhmad menekankan perlunya guru memperhatikan karakteristik peralihan paradigma, dari paradigma lama ke paradigma baru, dari tingkat profesionalisme yang rendah ke profesionalisme yang tinggi, yaitu:
1. Peralihan paradigma dari yang terlalu berorientasi ke masa lalu ke paradigma yang berorientasi ke masa depan. Guru dengan karakteristik profesional yang demikian, akan mengajar dengan lebih banyak menggunakan bahasa harapan masa depan, dan bukan bahasa nostalgia masa lalu.
2. Peralihan dari paradigma pendidikan yang hanya mengawetkan kemajuan, ke paradigma pendidikan yang merintis kemajuan. Guru dengan orientasi profesional demikian, akan merangsang anak di- diknya untuk mencari jawaban, untuk meneliti masalah, dan mengembangkan sendiri berbagai informasi baru. Dia tidak secara dogmatis atau indoktriner memaksakan informasi usang yang sudah tidak berharga apa-apa di dalam kehidupan anak didik.
3. Peralihan paradigma dari yang berwatak feodal ke paradigma pendidikan yang berjiwa demokratis, guru dengan tingkat profesionalisme yang tinggi antara lain, adalah guru yang mampu menghidupkan alam dan kehidupan demokrasi di dalam situasi mengajar dan belajar sebagai sebuah cara hidup. Tanpa kewaspadaan guru, sangat mudah proses itu menjadi feodalistik dan paternalistik. Guru adalah lambang democracy in action, bukan democracy in words.
4. Peralihan paradigma pendidikan yang terpusat di satu tangan ke seragam, menjadi paradigma pendidikan yang kaya dalam keberagaman, dengan titik berat pada peran masyarakat dan anak didik. Di sini, guru bertanggung jawab, lebih masalah sebelumnya, sebagai pengelola proses belajar dan mengajar. Profesionalisme guru yang tinggi, akan menciptakan kemandirian lembaga.
Bagaimana dengan profesionalisme guru fisika? Berikut ini adalah pendapat dari dua fisikawan Indonesia, yaitu Prof. Parangtopo Soetokoesoemo, Ph.D (alm), ketua Himpunan Fisika Indonesia (1988 - 1997) dan Prof. Dr. Masno Ginting, ketua Himpunan Fisika Indonesia (1997 - …).
Menurut Parangtopo, guru fisika yang bersikap baik (professional?) adalah guru yang mempunyai persyaratan:
1. Menguasai materi pelajaran dengan baik.
2. Mampu menyampaikan materi dengan baik.
3. Bertindak lugas dan tut wuri handayani.
4. Terbuka terhadap berbagai pertanyaan.
5. Siap membantu murid dalam menyelesaikan masalahnya dan menjunjung tinggi disiplin.
Sedangkan menurut Masno Ginting, guru fisika harus mampu melakukan hal-hal:
1. Memperkenalkan aplikasi fisika dalam ilmu-ilmu lain, seperti: biophysics, medical physics, surface physics,engineering, electronics, material science, dan sebagainya.
2. Melakukan lomba kreativitas guru (LKG-LIPI):guru yang kreativitasnya tinggi sangat diperlukan untuk memotivasi para siswa dalam meminati fisika dan guru yang berhasil menjadi juara dalam LKG (kreativitas guru untuk memanfaatkan fisika dalam pendidikan) maka akan muncul rasa percaya diri pada siswa yang didiknya.
3. Mengikuti pelatihan terhadap guru fisika: banyak para pendidik terutama yang tinmggal di daerah (kecamatan) yang hanya pernah belajar teori saat mengikuti pendidikan, dan langsung bekerja sebagai tenaga pendidik; sebagai contoh: bagaimana seorang guru menjelaskan prinsip kerja sebuah sel surya kepada anak didiknya, sedangkan guru tersebut belum pernah memegang sel surya?
4. Membangkitkan semangat kompetisi nasional/internasional pada siswa:
Tingkat SMU
§ Asean Physics Olympiad (APhO)
§ International Physics Olympiad (IPhO)
§ International Young Physicist Tournament (IYPT)
Tingkat SMP
§ International Junior Science Olympiad (IJSO)
Tingkat Semua Umur
§ World Year Physics Symposium (WYP)
§ Science CAMP
§ Young Inventor (LIPI)
What should current & future physics teachers do?
1. Must be Professional:
§ Honest in giving decisions (grading, praising, etc)
§ High Teaching Spirit
§ Creative in Teaching
§ Always Ready and willing to Help (other teachers & Students)
2. Mencintai professinya sebagai guru fisika:
§ Selalu gembira
§ Ramah kepada setiap orang
§ Akrab dengan siswa
3. Senantiasa terus menerus meningkatkan kompetensinya dalam ilmu fisika dan pengetahuan umum misalnya: bahasa Inggris, komputer/internet.
4. Hidup dari profesinya.
Physics is interesting if physics teachers are professional and have interesting personality. Bravo physics and physics teachers!
Acuan:
Dedi Supriyadi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Grandt, R. 1993.”What Do You Mean ‘Professional’?” Educational Leadership. No. 6, 50, March.
Masno Ginting, Guru Fisika Masa Depan. Seminar Asosiasi Guru Fisika Indonesia (AGFI), 2007, Jakarta.
Parangtopo, 1999. Berpikir Jernih, Membangun Fondasi Ilmu dan Teknologi. Yakarta: PT Elex Media Kompuitindo.
Winarno Surakhmad. Pendidikan Yang Bukan: Reformasi Dari Dalam, Seminar dan Lokakarya Pendidikan Islam, 17-19 Juni 2000, Jakarta
Bandar Lampung, 29 Oktober 2007
SMAN 3 Bandar Lampung
Jl. Khairil Anwar 30 Durian Payung, Tanjung Karang Pusat,
Bandar Lampung , Lampung 35116
Telp. 0721-255600 Fax. 0721-253287
Profesionalisme guru banyak disoroti saat ini, mungkin hal ini terkait dengan adanya sertifikasi guru. Menurut Grandt, guru yang profesional dituntut untuk memiliki lima hal.
1. Guru mempunmyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti bahwa komitmen tertinggi guru hádala lepada kepentingan siswanya.
2. Guru menguasai secara mendalam bahan/mata pelajaran yang diajarkannya serta cara mengajarkannya lepada para siswa. Bagi guru, ini meruapkan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai teknik evaluasi, mulai dari pengamatan dlam perilaku siswa sampai tes hasil belajar.
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan belajar dari pengalamannya. Artinya, selalu ada waktu untuk guru guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang dilakukannya. Untuk belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang benar dan salah, serta baik dan buruk dampaknya bagi proses belajar siswa.
5. Guru seyogianya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya, misalnya kalau di kita, PGRI dan organisasi profesi lainnya, misalnya, untuk guru fisika dapat bergabung dengan Asosiasi Guru Fisika Indonesia (http://www.agfipusat.com/).
Ciri-ciri di atas menurut Dedi Supriadi sangat sedrhana dan pragmatis sehingga mudah dicapai dan dinilai dengan kriteria yang terukur.
Dalam kiatannya dengan proses globasisasi yang efeknya sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan, Winarno Surakhmad menekankan perlunya guru memperhatikan karakteristik peralihan paradigma, dari paradigma lama ke paradigma baru, dari tingkat profesionalisme yang rendah ke profesionalisme yang tinggi, yaitu:
1. Peralihan paradigma dari yang terlalu berorientasi ke masa lalu ke paradigma yang berorientasi ke masa depan. Guru dengan karakteristik profesional yang demikian, akan mengajar dengan lebih banyak menggunakan bahasa harapan masa depan, dan bukan bahasa nostalgia masa lalu.
2. Peralihan dari paradigma pendidikan yang hanya mengawetkan kemajuan, ke paradigma pendidikan yang merintis kemajuan. Guru dengan orientasi profesional demikian, akan merangsang anak di- diknya untuk mencari jawaban, untuk meneliti masalah, dan mengembangkan sendiri berbagai informasi baru. Dia tidak secara dogmatis atau indoktriner memaksakan informasi usang yang sudah tidak berharga apa-apa di dalam kehidupan anak didik.
3. Peralihan paradigma dari yang berwatak feodal ke paradigma pendidikan yang berjiwa demokratis, guru dengan tingkat profesionalisme yang tinggi antara lain, adalah guru yang mampu menghidupkan alam dan kehidupan demokrasi di dalam situasi mengajar dan belajar sebagai sebuah cara hidup. Tanpa kewaspadaan guru, sangat mudah proses itu menjadi feodalistik dan paternalistik. Guru adalah lambang democracy in action, bukan democracy in words.
4. Peralihan paradigma pendidikan yang terpusat di satu tangan ke seragam, menjadi paradigma pendidikan yang kaya dalam keberagaman, dengan titik berat pada peran masyarakat dan anak didik. Di sini, guru bertanggung jawab, lebih masalah sebelumnya, sebagai pengelola proses belajar dan mengajar. Profesionalisme guru yang tinggi, akan menciptakan kemandirian lembaga.
Bagaimana dengan profesionalisme guru fisika? Berikut ini adalah pendapat dari dua fisikawan Indonesia, yaitu Prof. Parangtopo Soetokoesoemo, Ph.D (alm), ketua Himpunan Fisika Indonesia (1988 - 1997) dan Prof. Dr. Masno Ginting, ketua Himpunan Fisika Indonesia (1997 - …).
Menurut Parangtopo, guru fisika yang bersikap baik (professional?) adalah guru yang mempunyai persyaratan:
1. Menguasai materi pelajaran dengan baik.
2. Mampu menyampaikan materi dengan baik.
3. Bertindak lugas dan tut wuri handayani.
4. Terbuka terhadap berbagai pertanyaan.
5. Siap membantu murid dalam menyelesaikan masalahnya dan menjunjung tinggi disiplin.
Sedangkan menurut Masno Ginting, guru fisika harus mampu melakukan hal-hal:
1. Memperkenalkan aplikasi fisika dalam ilmu-ilmu lain, seperti: biophysics, medical physics, surface physics,engineering, electronics, material science, dan sebagainya.
2. Melakukan lomba kreativitas guru (LKG-LIPI):guru yang kreativitasnya tinggi sangat diperlukan untuk memotivasi para siswa dalam meminati fisika dan guru yang berhasil menjadi juara dalam LKG (kreativitas guru untuk memanfaatkan fisika dalam pendidikan) maka akan muncul rasa percaya diri pada siswa yang didiknya.
3. Mengikuti pelatihan terhadap guru fisika: banyak para pendidik terutama yang tinmggal di daerah (kecamatan) yang hanya pernah belajar teori saat mengikuti pendidikan, dan langsung bekerja sebagai tenaga pendidik; sebagai contoh: bagaimana seorang guru menjelaskan prinsip kerja sebuah sel surya kepada anak didiknya, sedangkan guru tersebut belum pernah memegang sel surya?
4. Membangkitkan semangat kompetisi nasional/internasional pada siswa:
Tingkat SMU
§ Asean Physics Olympiad (APhO)
§ International Physics Olympiad (IPhO)
§ International Young Physicist Tournament (IYPT)
Tingkat SMP
§ International Junior Science Olympiad (IJSO)
Tingkat Semua Umur
§ World Year Physics Symposium (WYP)
§ Science CAMP
§ Young Inventor (LIPI)
What should current & future physics teachers do?
1. Must be Professional:
§ Honest in giving decisions (grading, praising, etc)
§ High Teaching Spirit
§ Creative in Teaching
§ Always Ready and willing to Help (other teachers & Students)
2. Mencintai professinya sebagai guru fisika:
§ Selalu gembira
§ Ramah kepada setiap orang
§ Akrab dengan siswa
3. Senantiasa terus menerus meningkatkan kompetensinya dalam ilmu fisika dan pengetahuan umum misalnya: bahasa Inggris, komputer/internet.
4. Hidup dari profesinya.
Physics is interesting if physics teachers are professional and have interesting personality. Bravo physics and physics teachers!
Acuan:
Dedi Supriyadi. 1998. Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Grandt, R. 1993.”What Do You Mean ‘Professional’?” Educational Leadership. No. 6, 50, March.
Masno Ginting, Guru Fisika Masa Depan. Seminar Asosiasi Guru Fisika Indonesia (AGFI), 2007, Jakarta.
Parangtopo, 1999. Berpikir Jernih, Membangun Fondasi Ilmu dan Teknologi. Yakarta: PT Elex Media Kompuitindo.
Winarno Surakhmad. Pendidikan Yang Bukan: Reformasi Dari Dalam, Seminar dan Lokakarya Pendidikan Islam, 17-19 Juni 2000, Jakarta
Bandar Lampung, 29 Oktober 2007
Tujuh Tanda Sekolah Unggul
TUJUH TANDA SEKOLAH UNGGUL

Zainal Abidin, S.Pd
SMAN 3 Bandar Lampung
www.geocities.com/zai_abidin69/mypage.html
zai_abidin69@yahoo.co.id
Hakikat pendidikan adalah mengubah budaya. Apa yang sering dilupakan banyak orang adalah bahwa sekolah-sekolah kita telah memiliki budaya sekolah (”school culture”) yaitu seperangkat nilai-nilai, kepercayaan, dan kebiasaan yang sudah mendarah daging dan menyejarah sejak negara ini merdeka. Tanpa keberanian mendobrak kebiasaan ini, apa pun model pendidikan dan peraturan yang diundangkan, akan sulit bagi kita untuk memperbaiki mutu pendidikan.Sedikitnya ada empat tradisi yang membatu selama ini: (1) orang tua menganggap sekolahlah yang bertanggung jawab mendidik siswa, (2) orang tua percaya bahwa program IPA lebih bergengsi daripada program IPS bagi anak mereka, (3) orang tua percaya bahwa sekolah kejuruan kurang bergengsi, (4) masyarakat percaya bahwa gelar ke(pasca)sarjanaan merupakan simbol status sosial.Wacana pendidikan kita kini diperkaya oleh seperangkat kosa kata yang maknanya berimpitan: sekolah percontohan, sekolah percobaan, sekolah unggul, sekolah akselerasi, dan sejenisnya. Dalam literatur internasional semua itu lazim disebut lab school, effective school, demonstrationschool, experiment school, atau accelerated school, dan sekolah-sekolah pun diiklankan dengan atribut-atribut magnetis itu.Senarai kosa kata itu tidak persis bersinonim. Ada nuansa kekhasan pada masing-masing. Dari semua itu, kosa kata yang paling lazim dipakai adalah effective school atau sekolah unggul yang didasarkan atas keyakinan bahwa siswa, apa pun etnis, status ekonomi, dan jenis kelaminnya, akan mampu belajar sesuai dengan tuntutan kurikulum.Pendekatan yang ditempuh adalah perencanaan secara kolaboratif antara guru, administrator, orang tua, dan masyarakat. Data prestasi siswa dijadikan basis untuk perbaikan sistem secara berkelanjutan. Sekolah unggul demikian memiliki sejumlah korelat atau ciri pembeda (tanda-tanda) berikut.Pertama, visi dan misi sekolah yang jelas. Mayoritas sekolah kita belum mampu mengartikulasikan visi dan misinya. Visi adalah pernyataan singkat, mudah diingat, pemberi semangat, dan obor penerang jalan untuk maju melejit. Misalnya, "SMA berbasis komputer", "SD berbasis kelas kecil", "SMP berbasis IST (information system technology)," "SMK bersistem asrama," "Aliyah dengan pengantar tiga bahasa," dan sebagainya.Konsep iman dan taqwa (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)selama ini terlalu sering dipakai sehingga maknanya tidak jelas, mengawang-awang, filosofis, dan tidak operasional. Misi adalah dua atau tiga pernyataan sebagai operasionalisasi visi, misalnya "membangun siswa yang kreatif dan disiplin," dan sebagainya. Walau begitu, ada prioritas yang diunggulkan dalam rentang zaman secara terencana. Prioritas ini dinyatakan eksplisit dalam rencana kerja tahunan sekolah.Untuk mengimplementasikan visi dan misi sekolah ada sejumlah langkah yangmesti ditempuh: (1) pahami kultur sekolah, (2) hargai profesi guru, (3) nyatakan apa yang Anda hargai, (4) perbanyak unsur yang Anda hargai, (5) lakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, (6) buat menu kegiatan bukan mandat, (7) gunakan birokrasi untuk memudahkan bukan untuk mempersulit, dan (8) buatlah jejaring (networking) seluas mungkin.Kedua, komitmen tinggi untuk unggul. Staf administrasi, guru, dan kepala sekolah memiliki tekad yang mendidih untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah unggul dalam segala aspek, sehingga semua siswa dapat menguasai materi pokok dalam kurikulum. Semuanya memiliki potensi untuk berkontribusi dalam proses pendidikan. Komitmen ini adalah energi untuk mengubah budaya konvensional (biasa-biasa saja) menjadi budaya unggul. Membangun komitmen bersama adalah langkah awal dan penting untuk memulai proses menuju sekolah unggul.Ketiga, kepemimpinan yang mumpuni. Kepala sekolah adalah “sentral” sekolah. Kepala sekolah adalah "pemimpin dari pemimpin" bukan "pemimpin dari pengikut." Artinya selain kepala sekolah ada pemimpin dalam lingkup kewenangannya sehingga tercipta proses pengambilan keputusan bersama (shared decision making). Komunikasi terus-menerus dilakukan antara kepala sekolah dan para guru untuk memahami budaya dan etos sekolah yang yang diimpikan lewat visi sekolah itu. Bila tidak dikomunikasikan terus-menerus, visi itu akan mati sendiri.Guru juga adalah pemimpin dengan kualitas sebagai berikut: (1) terampilmenggunakan model mengajar berdasarkan penelitian, (2) bekerja secara timdalam merencanakan pelajaran, menilai siswa, dan dalam memecahkan masalah,(3) sebagai mentor bagi koleganya, (4) mengupayakan pembelajaran yangefisien, dan (5) berkolaborasi dengan orang tua, keluarga, dan anggotamasyarakat lain demi pembelajaran siswa.Keempat, kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas. Semuaguru mengetahui apa yang mesti diajarkan. Alokasi waktu yang memadai dan penjadwalan yang tepat sangat berpengaruh bagi kualitas pengajaran. Guru memanfaatkan waktu yang tersedia semaksimal mungkin demi penguasaan keterampilan azasi. Dalam hal ini perlu dijaga keseimbangan antara tuntutan kurikulum dengan ketersediaan waktu. Kunci keberhasilan dalam hal ini adalah mengajar dengan niat akademik yang jelas dan siswa pun mengetahui niat itu. Mengajar yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut: (1) organisasi pembelajaran yang efisien, (2) tujuan yang jelas, (3) pelajaran yang terstruktur, dan (4) praktik mengajar yang adaptif dan fleksibel.Kelima, lingkungan yang aman dan teratur. Sekolah unggul bersuasana tertib, bertujuan, serius, dan terbebas dari ancaman fisik atau psikis, tidak opresif tetapi kondusif untuk belajar dan mengajar. Siswa diajari agar berperilaku aman dan tertib melalui belajar bersama (cooperative learning), menghargai kebinekaan manusiawi, serta apresiasi terhadap nilai-nilai demokratis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa suasana sekolah yang sehat berpengaruh positif terhadap produktivitas, semangat kerja, dan kepuasan guru dan siswa.Keenam, hubungan yang baik antara rumah dan sekolah. Para orang tua memahami misi dan visi sekolah. Mereka diberi kesempatan untuk berperan dalam program demi tercapainya visi dan misi tersebut. Dengan demikian, sekolah tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga orang tua sebagai anggota keluarga sekolah yang dihargai dan dilibatkan.Dengan melibatkan mereka pada kegiatan ekstra di akhir pekan (extra school) misalnya, siswa sadar bahwa orang tuanya menghargai kegiatan pendidikan, sehingga mereka pun menghargai pendidikan yang dilakoninya. Inilah contoh konkret hubungan tripatriat sekolah-siswa-orang tua. Upacara-upacara yang dihadiri orang tua sesungguhnya merupakan kesempatan untuk membangun citra sekolah dan untuk merayakan visi dan misi. Singkatnya, sekolah unggul membangun "kepercayaan" dan silaturahmi sehingga masing-masing memiliki nawaitu tinggi untuk melejitkan prestasi.Ketujuh, monitoring kemajuan siswa secara berkala. Kemajuan siswa dimonitor terus- menerus dan hasil monitoring itu dipergunakan untuk memperbaiki perilaku dan performansi siswa dan untuk memperbaiki kurikulum secara keseluruhan. Penggunaan teknologi, khususnya komputer memudahkan dokumentasi hasil monitoring secara terus- menerus.Evaluasi penguasaan materi pelajaran secara perlahan bergeser dari tes baku (standardized norm-referenced paper-pencil test) menuju tes berdasar kurikulum dan berdasar kriteria (curricular-based, criterion-referenced). Dengan kata lain, evaluasi akan lebih berfokus pada performansi dan dokumentasi prestasi siswa sebagaimana terakumulasi dalam portofolio. Dokumentasi prestasi ini bukan hanya untuk guru, tetapi juga untuk dikomunikasikan kepada orang tua.Sekolah sebagai sistem juga dimonitor secara berkelanjutan. Artinya sekolah tidak hanya terampil memonitor kemajuan siswa, tetapi juga siap mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil evaluasi diri ini merupakan bahan bagi pihak lain (external evaluators) untuk mengevaluasi kinerja sekolah itu. Inilah makna akuntabilitas publik. Sekolah harus mengagendakan program rujuk mutu (benchmarking) kepada sekolah lain, sehingga sadar akan kelebihan dan kekurangan sendiri.Model sekolah unggul seperti digambarkan di atas akan berwujud bila sekolah tidak eksklusif bak menara gading, tetapi tumbuh sebagai bagian dari masyarakat sehingga memiliki kepekaan terhadap nurani masyarakat (a sense of community). Dalam masyarakat setiap individu berhubungan dengan individu lain, dan masing-masing memiliki potensi dan kualitas yang dapat disumbangkan pada sekolah.Dalam era globalisasi dan pesatnya informasi tetapi juga dalam keterpurukan multidimensi, khususnya ekonomi sekarang ini, kita merasakan keterbatasan dana dan menyaksikan tuntutan yang semakin tinggi akan adanya otonomi sekolah, akuntabilitas publik dan tranparansi, serta adanya harapan besar dari orang tua. Bila ketujuh tanda di atas dilaksanakan, pendidikan yang diselenggarakan sekolah akan berdampak dahsyat pada pembentukan manusia yang unggul di tanah air. Semoga!
Wiyono, Pesawaran, 28 Oktober 2007pukul: 1: 29

Zainal Abidin, S.Pd
SMAN 3 Bandar Lampung
www.geocities.com/zai_abidin69/mypage.html
zai_abidin69@yahoo.co.id
Hakikat pendidikan adalah mengubah budaya. Apa yang sering dilupakan banyak orang adalah bahwa sekolah-sekolah kita telah memiliki budaya sekolah (”school culture”) yaitu seperangkat nilai-nilai, kepercayaan, dan kebiasaan yang sudah mendarah daging dan menyejarah sejak negara ini merdeka. Tanpa keberanian mendobrak kebiasaan ini, apa pun model pendidikan dan peraturan yang diundangkan, akan sulit bagi kita untuk memperbaiki mutu pendidikan.Sedikitnya ada empat tradisi yang membatu selama ini: (1) orang tua menganggap sekolahlah yang bertanggung jawab mendidik siswa, (2) orang tua percaya bahwa program IPA lebih bergengsi daripada program IPS bagi anak mereka, (3) orang tua percaya bahwa sekolah kejuruan kurang bergengsi, (4) masyarakat percaya bahwa gelar ke(pasca)sarjanaan merupakan simbol status sosial.Wacana pendidikan kita kini diperkaya oleh seperangkat kosa kata yang maknanya berimpitan: sekolah percontohan, sekolah percobaan, sekolah unggul, sekolah akselerasi, dan sejenisnya. Dalam literatur internasional semua itu lazim disebut lab school, effective school, demonstrationschool, experiment school, atau accelerated school, dan sekolah-sekolah pun diiklankan dengan atribut-atribut magnetis itu.Senarai kosa kata itu tidak persis bersinonim. Ada nuansa kekhasan pada masing-masing. Dari semua itu, kosa kata yang paling lazim dipakai adalah effective school atau sekolah unggul yang didasarkan atas keyakinan bahwa siswa, apa pun etnis, status ekonomi, dan jenis kelaminnya, akan mampu belajar sesuai dengan tuntutan kurikulum.Pendekatan yang ditempuh adalah perencanaan secara kolaboratif antara guru, administrator, orang tua, dan masyarakat. Data prestasi siswa dijadikan basis untuk perbaikan sistem secara berkelanjutan. Sekolah unggul demikian memiliki sejumlah korelat atau ciri pembeda (tanda-tanda) berikut.Pertama, visi dan misi sekolah yang jelas. Mayoritas sekolah kita belum mampu mengartikulasikan visi dan misinya. Visi adalah pernyataan singkat, mudah diingat, pemberi semangat, dan obor penerang jalan untuk maju melejit. Misalnya, "SMA berbasis komputer", "SD berbasis kelas kecil", "SMP berbasis IST (information system technology)," "SMK bersistem asrama," "Aliyah dengan pengantar tiga bahasa," dan sebagainya.Konsep iman dan taqwa (imtaq) dan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek)selama ini terlalu sering dipakai sehingga maknanya tidak jelas, mengawang-awang, filosofis, dan tidak operasional. Misi adalah dua atau tiga pernyataan sebagai operasionalisasi visi, misalnya "membangun siswa yang kreatif dan disiplin," dan sebagainya. Walau begitu, ada prioritas yang diunggulkan dalam rentang zaman secara terencana. Prioritas ini dinyatakan eksplisit dalam rencana kerja tahunan sekolah.Untuk mengimplementasikan visi dan misi sekolah ada sejumlah langkah yangmesti ditempuh: (1) pahami kultur sekolah, (2) hargai profesi guru, (3) nyatakan apa yang Anda hargai, (4) perbanyak unsur yang Anda hargai, (5) lakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait, (6) buat menu kegiatan bukan mandat, (7) gunakan birokrasi untuk memudahkan bukan untuk mempersulit, dan (8) buatlah jejaring (networking) seluas mungkin.Kedua, komitmen tinggi untuk unggul. Staf administrasi, guru, dan kepala sekolah memiliki tekad yang mendidih untuk menjadikan sekolahnya sebagai sekolah unggul dalam segala aspek, sehingga semua siswa dapat menguasai materi pokok dalam kurikulum. Semuanya memiliki potensi untuk berkontribusi dalam proses pendidikan. Komitmen ini adalah energi untuk mengubah budaya konvensional (biasa-biasa saja) menjadi budaya unggul. Membangun komitmen bersama adalah langkah awal dan penting untuk memulai proses menuju sekolah unggul.Ketiga, kepemimpinan yang mumpuni. Kepala sekolah adalah “sentral” sekolah. Kepala sekolah adalah "pemimpin dari pemimpin" bukan "pemimpin dari pengikut." Artinya selain kepala sekolah ada pemimpin dalam lingkup kewenangannya sehingga tercipta proses pengambilan keputusan bersama (shared decision making). Komunikasi terus-menerus dilakukan antara kepala sekolah dan para guru untuk memahami budaya dan etos sekolah yang yang diimpikan lewat visi sekolah itu. Bila tidak dikomunikasikan terus-menerus, visi itu akan mati sendiri.Guru juga adalah pemimpin dengan kualitas sebagai berikut: (1) terampilmenggunakan model mengajar berdasarkan penelitian, (2) bekerja secara timdalam merencanakan pelajaran, menilai siswa, dan dalam memecahkan masalah,(3) sebagai mentor bagi koleganya, (4) mengupayakan pembelajaran yangefisien, dan (5) berkolaborasi dengan orang tua, keluarga, dan anggotamasyarakat lain demi pembelajaran siswa.Keempat, kesempatan untuk belajar dan pengaturan waktu yang jelas. Semuaguru mengetahui apa yang mesti diajarkan. Alokasi waktu yang memadai dan penjadwalan yang tepat sangat berpengaruh bagi kualitas pengajaran. Guru memanfaatkan waktu yang tersedia semaksimal mungkin demi penguasaan keterampilan azasi. Dalam hal ini perlu dijaga keseimbangan antara tuntutan kurikulum dengan ketersediaan waktu. Kunci keberhasilan dalam hal ini adalah mengajar dengan niat akademik yang jelas dan siswa pun mengetahui niat itu. Mengajar yang berkualitas memiliki ciri sebagai berikut: (1) organisasi pembelajaran yang efisien, (2) tujuan yang jelas, (3) pelajaran yang terstruktur, dan (4) praktik mengajar yang adaptif dan fleksibel.Kelima, lingkungan yang aman dan teratur. Sekolah unggul bersuasana tertib, bertujuan, serius, dan terbebas dari ancaman fisik atau psikis, tidak opresif tetapi kondusif untuk belajar dan mengajar. Siswa diajari agar berperilaku aman dan tertib melalui belajar bersama (cooperative learning), menghargai kebinekaan manusiawi, serta apresiasi terhadap nilai-nilai demokratis. Banyak penelitian menunjukkan bahwa suasana sekolah yang sehat berpengaruh positif terhadap produktivitas, semangat kerja, dan kepuasan guru dan siswa.Keenam, hubungan yang baik antara rumah dan sekolah. Para orang tua memahami misi dan visi sekolah. Mereka diberi kesempatan untuk berperan dalam program demi tercapainya visi dan misi tersebut. Dengan demikian, sekolah tidak hanya mendidik siswa, tetapi juga orang tua sebagai anggota keluarga sekolah yang dihargai dan dilibatkan.Dengan melibatkan mereka pada kegiatan ekstra di akhir pekan (extra school) misalnya, siswa sadar bahwa orang tuanya menghargai kegiatan pendidikan, sehingga mereka pun menghargai pendidikan yang dilakoninya. Inilah contoh konkret hubungan tripatriat sekolah-siswa-orang tua. Upacara-upacara yang dihadiri orang tua sesungguhnya merupakan kesempatan untuk membangun citra sekolah dan untuk merayakan visi dan misi. Singkatnya, sekolah unggul membangun "kepercayaan" dan silaturahmi sehingga masing-masing memiliki nawaitu tinggi untuk melejitkan prestasi.Ketujuh, monitoring kemajuan siswa secara berkala. Kemajuan siswa dimonitor terus- menerus dan hasil monitoring itu dipergunakan untuk memperbaiki perilaku dan performansi siswa dan untuk memperbaiki kurikulum secara keseluruhan. Penggunaan teknologi, khususnya komputer memudahkan dokumentasi hasil monitoring secara terus- menerus.Evaluasi penguasaan materi pelajaran secara perlahan bergeser dari tes baku (standardized norm-referenced paper-pencil test) menuju tes berdasar kurikulum dan berdasar kriteria (curricular-based, criterion-referenced). Dengan kata lain, evaluasi akan lebih berfokus pada performansi dan dokumentasi prestasi siswa sebagaimana terakumulasi dalam portofolio. Dokumentasi prestasi ini bukan hanya untuk guru, tetapi juga untuk dikomunikasikan kepada orang tua.Sekolah sebagai sistem juga dimonitor secara berkelanjutan. Artinya sekolah tidak hanya terampil memonitor kemajuan siswa, tetapi juga siap mengevaluasi dirinya sendiri. Hasil evaluasi diri ini merupakan bahan bagi pihak lain (external evaluators) untuk mengevaluasi kinerja sekolah itu. Inilah makna akuntabilitas publik. Sekolah harus mengagendakan program rujuk mutu (benchmarking) kepada sekolah lain, sehingga sadar akan kelebihan dan kekurangan sendiri.Model sekolah unggul seperti digambarkan di atas akan berwujud bila sekolah tidak eksklusif bak menara gading, tetapi tumbuh sebagai bagian dari masyarakat sehingga memiliki kepekaan terhadap nurani masyarakat (a sense of community). Dalam masyarakat setiap individu berhubungan dengan individu lain, dan masing-masing memiliki potensi dan kualitas yang dapat disumbangkan pada sekolah.Dalam era globalisasi dan pesatnya informasi tetapi juga dalam keterpurukan multidimensi, khususnya ekonomi sekarang ini, kita merasakan keterbatasan dana dan menyaksikan tuntutan yang semakin tinggi akan adanya otonomi sekolah, akuntabilitas publik dan tranparansi, serta adanya harapan besar dari orang tua. Bila ketujuh tanda di atas dilaksanakan, pendidikan yang diselenggarakan sekolah akan berdampak dahsyat pada pembentukan manusia yang unggul di tanah air. Semoga!
Wiyono, Pesawaran, 28 Oktober 2007pukul: 1: 29
Sabtu, 01 Maret 2008
Senin, 25 Februari 2008
Langganan:
Postingan (Atom)